Anak Bohong Begini Caranya
Ucapan memiliki pengaruh yang besar bagi jiwa manusia. Dibandingkan dengan buah, semakin segar, semakin nikmat rasanya buah tersebut. Bahasa cinta dan kejujuran memiliki kata, istilah, dan kalimat yang kaya akan perasaan terdalam bagi jiwa pendengarnya.
Sebagai orang tua, seharusnya memilih kata-kata yang manis, lalu menyajikannya ke hadapan anak dengan penuh kejujuran dan ketulusan sebagai makanan bagi hati mereka.
Contoh ungkapan sayang yang tepat bagi anak adalah, “Anakku, sang permata hatiku!”. Dengan perkataan tersebut, akan menambah tabungan perasaan anak.
Yang sering terjadi justru sebaliknya. Para orang tua terkadang memberikan ungkapan-ungkapan ketidakjujuran dan ketidaktulusan, seperti perkataan, “Dek… kalau ada pengemis bilang ibu gak ada…”.
Melihat kebiasaan berbohong orang-orang terdekatnya, si anak mungkin mengira bahwa berbohong itu wajar-wajar saja dan boleh dilakukan.
Ketidakjujuran orang tua dapat tertanam pada anak, yang berakibat pada kebiasaan anak menduplikasi kebohongan tersebut.
Sebab lain anak terbiasa berbohong adalah karena takut dimarahi. Selama ini orang selalu menginginkan jawaban yang baik-baik saja dari si anak. Sehingga, ketika anak mendapatkan nilai jelek di sekolah, misalnya, maka anak akan berbohong pada orang tua dengan mengatakan nilainya tinggi di sekolah, karena orang tua sering marah ketika mendapatkan jawaban yang jelek dari si anak.
Oleh karena itu, sepatutnya kita merenungkan sikap kita terhadap anak-anak kita selama ini. Perilaku anak adalah refleksi dari perilaku orang tua. Berikut langkah-langkah yang dapat diambil para orang tua untuk mengubah kebiasaan berbohong anak-anak:
- Menghapus memori kebohongan yang pernah dilakukan orang tua dengan cara meminta maaf pada si anak jika ayah atau ibu pernah berbohong.
- Mensyukuri kejujuran si anak. Orang tua harus siap menerima segala jawaban si anak, apapun itu. Dengan begitu, ketika anak jujur dengan hasil nilai yang tidak memuaskan, terimalah hal tersebut sebagai sebuah kejujuran si anak. Demikian juga jika anak melakukan kesalahan lain, seperti berbuat jahil pada temannya, berhentilah memarahi kejujurannya, karena selama anak masih jujur, itu merupakan modal bahwa anak masih mempercayai kita.
- Jika anak masih terus berbohong, orang tua dapat menggunakan pendekatan imbalan dan hukuman. Ketika anak berkata jujur, berikan imbalan yang sesuai, seperti pujian atau ajakan rekreasi ke tempat yang anak senangi. Namun, jika anak terus berbohong, berikan sanksi tegas pada si anak, misalnya, “Orang tua mengatakan pada si anak jika adik berbohong lagi, maka adik tidak akan diajak rekreasi!” Terapkan hukuman tersebut ketika anak berkata tidak jujur.