Loading...

Beginilah Rumah yang Hidup

Oleh
Zahid
Beginilah Rumah yang Hidup

Seumpama saya berkata bahwa saya telah membaca 20.000 jilid buku, hal ini benar adanya. Bahkan, jumlah kitab yang saya baca lebih banyak dari itu karena sekarang ini saya masih dalam proses menuntut ilmu.

Ibnul Jauzi
Sejarawan

Saat ini, kita dibuat terperangah dengan pemandangan anak-anak kita yang sangat akrab dengan gadget. Masa-masa keemasan mereka terpapar dampak negatif gadget. Seharusnya pada masa tersebut, anak mampu mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.

Bencana yang tak bisa terbendung lagi, bagaimana tidak kita telah mengerti informasi bahwa gadget memiliki dampak negatif bagi anak-anak. Tapi kita dibuat tak berdaya; dengan kelelahan kita karena kesibukan kedua orang tuanya bekerja, dengan variasi dan interaktifnya gadget seperti game online, sehingga betapa berat untuk menjauhkannya dari gadget, kalaupun bisa, butuh perjuangan.

Kita akan mencoba untuk menggali apa sebenarnya sebab utama anak-anak yang seharusnya bisa menikmati kebahagiaan tanpa gadget namun sulit untuk melepaskan dan tak urung juga membuat orang tua ngelus dada dan nangis batin. Karena sejatinya kitalah yang membiasakan doyan gadget tersebut di rumah kita masing-masing. Ya, kita para orang tua tanpa sadar telah mewariskan budaya kekinian (bermain gadget) yang berdampak negatif baik secara fisik maupun mental.

Anak-anak belajar dengan melihat perilaku kedua orang tuanya.

Satu tendangan bagi kita orang tua, coba renungkan dan ingat kembali apa saja yang telah kita kerjakan ketika berkumpul di rumah. Bahkan, kita terbiasa dengan istilah “dekat namun jauh” karena sibuk dengan gadget kita masing-masing. Ayah tak henti-henti mataanya menatap tajam layar gadget, dan Ibunda jemarinya menari-menari di atas layar gadget. Maka tidak terkejut apabila anak-anak pun tak rela dirinya jika kedua orang tuanya lebih menyukai gadget, maka anak pun meminta hal yang sama.

Di situlah tantangan orang tua, bagaimana membangun kebudayaan positif yang mampu mengalihkan kebiasaan gadget pada kebiasaan membawa manfaat. Salah satu budaya yang bisa kita coba bangun adalah membaca buku dengan bahagia.

Kenapa membaca? Karena membaca merupakan kebiasaan orang-orang sholeh terdahulu. Dan salah satu pintu untuk mengenal keagungan Allah ta’ala yaitu dengan membaca pesan alam semesta dan petunjuk kehidupan (Al-Qur’an).

Imam Adz Dzahabi berkata, Ibnu Mubarak lebih banyak berdiam diri di dalam rumahnya. Beliau didalam rumah membaca buku. Oleh karena itu seseorang bertanya kepadanya, “Apakah engkau tidak merasa kesepian? Bagaimana merasakan kesepian sedangkan Rasulullah dan para sahabatnya selalu bersamamu,” tegas Ibnu Mubarak. Ibnu Mubarak pernah mengatakan, “Barangsiapa ingin mengambil faedah ilmu, maka bacalah buku-bukunya.”

Ayah bunda, semestinya kita akrabkan diri kita dengan buku-buku yang bermanfaat, maka dengan sendirinya keluarga kita akan akrab pula. Sehingga orang-orang berilmu (ulama) akan kita lahirkan dari rumah-rumah kita.


2 min membaca
Bagikan risalah ini:

Artikel Terkait

Semua postingan
Top