Loading...

Kemurahan Hati dan Kesabaran

Oleh
Zahid
Kemurahan Hati dan Kesabaran

Sebuah rombongan utusan Bani Abdil Qais dari Bahrain mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka tiba dengan maksud untuk bertemu dan berbicara dengan Rasulullah. Perjalanan mereka dimulai dari Ahsa' menuju Madinah.

Setelah menempuh perjalanan, mereka beristirahat di sekitar Madinah. Para utusan itu ingin segera menemui Rasulullah, tetapi Asyajj Abdul Qais memberi nasihat, “Tunggulah, berpakaianlah yang rapi, mandilah, dan gunakan wewangian, baru kemudian bertemu dengan Rasulullah.”

Namun, para utusan tergesa-gesa ingin segera bertemu Rasulullah, meskipun dalam kondisi kotor akibat perjalanan. “Kami akan menemui Rasulullah sekarang.” Seluruh utusan kemudian menuju ke tempat Rasulullah. Hanya Asyajj yang tertinggal.

Para utusan tersebut menemui Rasulullah dengan pakaian yang berdebu dan penampilan yang kurang rapi. Berbeda dengan Asyajj, ia pergi ke kebun, mandi, mengenakan pakaian rapi, serta melengkapinya dengan serban dan wewangian.

Setelah itu, Asyajj mengambil tongkatnya dan menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat itu, Rasulullah duduk di antara orang banyak, dan utusan yang lain sudah berada di dalam masjid lebih dulu. Ketika Asyajj masuk, Rasulullah memperhatikan setiap langkahnya hingga ia duduk.

Rasulullah menatap para utusan tersebut, lalu bertanya, “Dari mana asal utusan ini?” Sudah menjadi kebiasaan di Madinah selalu menunggu kedatangan para utusan, satu datang, satunya pergi. “Kami dari kabilah Rabi’ah,” jawab utusan tersebut.

Rasulullah berkata, “Selamat datang kepada kaum yang datang, tak ada kerugian maupun penyesalan.” Rasulullah kemudian menoleh kepada Asyajj bin Qais, “Pada dirimu terdapat dua sifat yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu kemurahan hati dan kesabaran.” Beliau mengetahui hal ini karena Asyajj datang dengan tenang, mengenakan pakaian yang indah dan rapi, serta duduk sambil bertanya dengan bijaksana.

“Wahai Rasulullah, apakah kedua sifat tersebut diciptakan oleh Allah dalam diriku, ataukah aku yang berupaya berhias diri dengan keduanya?” tanya Asyajj. Rasulullah menjawab, “Allah-lah yang menciptakan keduanya pada dirimu.” “Alhamdulillah, yang menciptakan pada diriku sifat yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.”

Hikmah: Bersikap tenang dan berpenampilan rapi menjadi bentuk penghormatan, sekaligus menunjukkan kemurahan hati dan kesabaran, dua sifat yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.


Tag Terkait:
2 min membaca
Bagikan risalah ini:
Top