STRONG!!! di Circle Baru
Circle baru, tempat baru, orang baru, dan aktivitas baru terkadang menjadi ancaman bagi sebagian anak, namun juga bisa menjadi tantangan untuk tumbuh.
Sebagai orang tua, kita akrab dengan hikmah pohon kurma, di mana pohon kurma mampu hidup dan bertahan di wilayah padang pasir yang gersang, tandus, dan panas. Kekuatan pohon kurma terletak pada akarnya. Biji kurma ditanam di dalam pasir lalu ditutup dengan batu. Hal tersebut membuat pohon kurma berjuang untuk tumbuh ke atas. Inilah yang membuat pertumbuhan akar menjadi optimal.
Setelah akar menjadi kuat, biji pohon kurma tumbuh ke atas, bahkan mampu menggulingkan batu yang menekan di atasnya.
Ketika seorang anak yang sedang belajar di suatu tempat bertemu dengan orang-orang baru dan terlibat dalam aktivitas baru, situasi tersebut memerlukan penyesuaian diri terhadap lingkungan baru.
Penyesuaian diri adalah suatu proses di mana seseorang atau sekelompok orang mengubah keadaan, struktur, atau susunan-susunan secara responsif untuk memelihara keseimbangan di dalam dan di antara mereka sendiri untuk jangka pendek dan merespons perubahan susunan atau struktur lingkungan mereka dalam jangka panjang.
Seperti halnya Lukman Al-Hakim menasehati anaknya. Dengarlah Luqman memanggil putranya, Tsaran ibn Luqman, dengan sapaan penuh cinta, “Ya Bunayya… Anakku tersayang…” Alangkah besar hal yang akan diajarkan. Betapa agung nilai yang akan dia wariskan, yaitu tauhid. Ia mengajarkan kepada anaknya bahwa Allah adalah Rabb, Dzat yang telah mencipta, mengaruniakan rezeki, memelihara, memiliki, dan mengatur segala urusannya. Maka mempersekutukan Dia dalam ibadah, pengabdian, dan ketaatan adalah sebuah kezhaliman yang besar. Menginternalisasi pada anak bahwa Allah telah mengatur segala urusan bagi hambanya.
Yakinkanlah pada anak bahwa sesuatu yang baru telah disiapkan Allah untuk menumbuhkan pribadi dan perkembangan dirinya.
Salah satu ciri pribadi tangguh adalah mampu beradaptasi dengan diri dan lingkungan. Dengan memahamkan anak untuk mensyukuri apa yang ada pada dirinya. Bersyukur atas nikmat panca indra yang diberikan, dimanfaatkan untuk beribadah pada Allah subhanahu wa ta’ala. Juga memahamkan anak tentang bersabar dengan kekurangan diri ini.
Selain itu, ajarkan anak untuk mensyukuri lingkungan tempat menjalani aktivitas keseharian. Juga teman-teman yang dapat membawa mereka lebih dekat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Demikian juga bersabar dengan lingkungan yang menguji keteguhan anak dalam beragama. Gesekan perbedaan pendapat, omongan yang melukai perasaan, tentu hal tersebut juga menjadi bagian sebagai makhluk sosial.
Anak sebagai aset masa depan keberlangsungan umat dengan terpasang aplikasi dalam karakternya kemampuan adaptasi yang selaras dalam koridor keislaman. Hingga menumbuhkan anak-anak yang tangguh di mana pun kondisi, waktu, dan tempatnya.
Wallahu a’lam bi showab.