Berdamai Dengan Perubahan
“Terlena dengan apa yang dijalani saat ini, terperangkap dengan kenyamanan saat ini.”
Tak pernah mengira dan dikira. Alam terus memberikan pesan perubahan. Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan dengan bulan tertentu. Biasanya musim hujan di bulan Oktober hingga Maret. Sedangkan musim kemarau April hingga September. Kebiasaan tersebut sudah tidak lagi dijadikan acuan. Sebab musim hujan dan kemarau tidak lagi mengikuti ritmenya lagi.
Satu cerita menarik ketika bernostalgia dengan sebuah wedangan yang ketika masih menjalani masa perkuliahan ada tempat favorit para mahasiswa yaitu Wedangan Mr. T. Ketika itu betapa penikmat makanan nasi bungkus berjubel dan sangat ramai. Bahkan kalau mau makan harus mengantri hanya untuk bisa menikmati nasi bungkus dan teh kampul.
Suasana riuh, sambil menikmati nasi bungkus dan gorengan. Orang silih berganti seolah tak pernah sepi.
Setelah beberapa tahun berlalu, kondisinya menjadi sangat berbeda. Wedangan Mr. T. tidak seramai dulu. Pembelinya satu datang satu pergi.
Tentu Mr.T. tak pernah mengira wedangannya tak seramai dulu. Tiba-tiba saja. Segalanya berubah.
Menjamurnya tempat makan menawarkan space yang luas dan fasilitas wifi. Mereka ingin berlama-lama untuk mengobrol dan berselancar di dunia maya. Bisa sambil kuliah online maupun menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya.
Gambaran tersebut membuahkan hikmah, betapa perubahan menjadi sebuah keniscayaan. Perkembangan lingkugan berdampak pada perilaku masyarakat. Dan perubahan lingkungan tentu akan berdampak pada diri kita baik sikap, interaksi dan tindakan dalam perubahan lingkungan.
Dan kita hanya berharap pada Allah SWT untuk mampu diberikan kemudahan dalam menerima perubahan. Dengan begitu akan memberikan hati kita lebih lapang dan mampu berpikir lebih jernih. Daripada harus mengeluh dengan perubahan yang bisa jadi perubahan tersebut merugikan kita. “Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.”
Drs. Sentot Haryanto, M.Si., Psikolog. Beliau menyampaikan dalam sebuah pelatihan “Kunci sukses menghadapi perubahan yaitu harus siap berubah, siap menerima dan mengalami proses perubahan.”
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Ar-Ra’d:11).